TEORI
BELAJAR KOGNITIF
Aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory
motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal
operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik
hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan
tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah
:
Ø Bahasa dan cara
berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
Ø Anak-anak akan
belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus
membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
Ø Bahan yang
harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
Ø Berikan peluang
agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
Ø Di dalam kelas,
anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
TEORI
BELAJAR HUMANISTIK
Teori belajar Humanistik memandang bahwa:
- Fokus utamanya adalah hasil pendidikan yang
bersifat afektif, belajar tentang cara- cara belajar dan meningkatkan
kreativitas dan semua potensi peserta didik.
- Hasil belajarnya adalah kemampuan peserta
didik mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi
individu yang mampu mengarahkan diri sendiri dan mandiri.
- Pentingnya pendekatan pendidikan di bidang
seni dan hasrat ingin tahu.
- Pendekatan humanistik kurang menekankan pada
kurikulum standar, perencanaan pembelajaran, ujian, sertifikasi pendidik dan
kewajiban hadir di sekolah.
- Pendekatan humanistik mengkombinasikan metode
pembelajaran individual dan kelompok. Pendidik memiliki status kesetaraan
dengan peserta didik.
- Pendekatan humanistik memelihara kebebasan
peserta didik untuk tumbuh dan melindungi peserta didik dari tekanan keluarga
dan masyarakat.
- Penggunaan pendekatan humanistik dalam
pendidikan akan memungkinkan peserta didik menjadi individu yang beraktualisasi
diri.
PRINSIP-PRINSIP
BELAJAR
1. Swa arah
Prinsip swa arah menyatakan bahwa
sekolah hendaknya memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk memutuskan
bahan belajar yang ingin dipelajari.
2. Belajar tentang cara-cara belajar
Sekolah hendaknya menghasilkan
anak-anak yang secara terus menerus menumbuhkan keinginannya untuk belajar dan
mengetahui cara-cara belajar.
3. Evaluasi diri
Evaluasi yang dilakukan sekolah atau
pendidik yang diakhiri dengan kenaikan kelas dan kelulusan dipandang sebagai
tindakan yang mengganggu aktivitas belajar peserta didik. Instrumen evaluasi
yang diwujudkan dalam bentuk tes dipandang tidak relevan dengan pendekatan
humanistik.
4. Pentingnya perasaan
Pendekatan humanistik tidak
membedakan domain kognitif dan afektif dalam belajar. Kedua domain itu
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
5. Bebas dari ancaman
Belajar akan jadi lebih mudah, lebih
bermakna dan lebih diperkuat apabila belajar itu terjadi dalam suasana yang
bebas dari ancaman.
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Menurut
teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini
dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan
siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi
antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat
diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon,
oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima
oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi
atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor
lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka
respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat.
TEORI BELAJAR BANDURA
Teori Belajar Sosial menurut Bandura
adalah orang belajar dari yang lain, melalui observasi, peniruan, dan
pemodelan.
Teori ini sering disebut jembatan antara behavioris dan teori pembelajaran
kognitif karena meliputi perhatian, memori, dan motivasi.
Teori Social Learning Theory
ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog kelahiran Mundare,
Kanada, 4 Desember 1925. Bandura menerima gelar sarjana muda di bidang
psikologi dari University of British of Columbia pada tahun 1949 dan
meraih gelar Ph.D tahun 1952 di Universitas Iowa. Pada tahun 1953, ia mulai
mengajar di Universitas Stanford.
Teori belajar sosial menjelaskan
perilaku manusia dalam hal interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara
kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Orang belajar melalui pengamatan
perilaku orang lain, sikap, dan hasil dari perilaku tersebut. “Kebanyakan
perilaku manusia dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari
mengamati orang lain. Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk
bertindak.”
Kondisi yang diperlukan untuk
pemodelan yang efektif
- Atensi (perhatian) – bagi seorang individu untuk belajar sesuatu, mereka harus memperhatikan fitur dari perilaku yang dimodelkan. Termasuk kekhasan, afektif valensi, prevalensi, kompleksitas, nilai fungsional. Karakteristik seseorang (kapasitas sensoris misalnya, tingkat gairah, mengatur persepsi, penguatan sebelumnya) juga mempengaruhi perhatian.
- Retensi (ingatan) – manusia harus mampu mengingat detail dari perilaku untuk belajar dan kemudian mereproduksi perilaku. Termasuk pengkodean simbolis, gambaran mental, kognitif organisasi, latihan simbolis, latihan motorik.
- Reproduksi – dalam mereproduksi perilaku, seseorang harus mengatur tanggapan nya sesuai dengan perilaku model. Kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan praktek.
- Motivasi – memiliki alasan yang baik untuk meniru. Termasuk motif seperti harapan masa lalu (behaviorisme tradisional), menjanjikan (insentif yang dibayangkan) dan perwakilan (melihat dan mengingat model yang patut ditiru)
Bandura percaya pada “determinisme
timbal balik”, yaitu lingkungan memang membentuk perilaku dan perilaku
membentuk lingkungan, sedangkan behaviorisme dasarnya menyatakan bahwa
lingkungan seseorang menyebabkan perilaku seseorang. Bandura, yang juga
mempelajari “kenakalan” remaja, menemukan ini terlalu sederhana, dan di samping
itu dia menyarankan bahwa perilaku lingkungan merupakan menyebabkan juga.
Kemudian, Bandura segera menganggap kepribadian sebagai interaksi antara tiga
komponen yaitu lingkungan, perilaku, dan proses psikologis seseorang.
Teori belajar sosial kadang-kadang
disebut jembatan antara behavioris dan teori pembelajaran kognitif karena
meliputi perhatian, memori, dan motivasi. Teori ini terkait dengan Social
Development Theory and Lave’s Vygotsky dimana ketika belajar juga
menekankan pentingnya pembelajaran social.
kak sumbernya dri buku apa nya?
BalasHapusSip
BalasHapus